Share/Bookmark

Kekasih Pak Sopir

No comment yet
Lagi-lagi cerita cinta tak pernah ada habisnya. Bahkan pada siapa dia bercerita, kadang kala tak menjadi masalah. Dalam kondisi ngantuk, pak supir angkot masih dengan tenang mengendarai mobilnya. Walau jalanan di hadapannya padat merayap, pak supir tak enggan berbalik arah. Ia terus berjalan demi setoran hari itu.
Saya yang kebetulan memilih duduk dibangku depan angkot membuka suasana yang krik krik sejak tadi saya naik. Pasalnya, tak ada penumpang lain di dalam angkot ini, selain saya dan pak supir. Jalanan yang macet pun membuat pak sopir tidak dapat berteriak-teriak memanggil penumpang.
“Macet ya, pak,”
“Iya, kasian yang ke Depok, pasti disana makin macet. Kalau kita kan enggak,” jawab pak supir.
Perbincangan ini masih berlanjut sebelum akhirnya pak supir berkata,
“Saya cerita aja ya neng, biar ga ngantuk nih,
Hmm..,” dalam hati. “Iya pak,” jawab saya sambil tersenyum.
Pak supir yang tak saya kenal namanya bercerita tentang kisah asmara yang pernah dirajutnya dengan seorang gadis bak model. Saya, dengan sedikit perasaan was-was percakapan ini akan menjurus ke cerita atau modus aneh, hanya menanggapi dengan senyum berat. Rona keceriaan mulai tampak di wajah pak supir ketika ia mulai bercerita tentang wanita yang dicintainya semasa kuliah. Wanita itu adalah mahasiswa disalah satu universitas di daerah Bandung. Kekagumannya pada wanita itu  berawal dari rasa tidak percaya pak supir dengan hubungan yang sedang dijalin. *suit suit*
Dalam ceritanya, pak supir mengatakan kalau ia dan pacarnya sangat berbeda. Dari segi fisik, wanita tersebut memiliki tinggi sekitar 170 cm. Sedangkan dai segi pengamatan saya, si bapak yang usianya sekitar 30 tahun ini hanya memiliki tinggi sekitar 160 cm.
“Temen-temen saya selalu ngejekin kalau saya lagi jalan berdua sama cewek itu, mbak. Kulit dia juga putih. Dulu kulit saya juga bersih. Tidak seperti sekarang. Ini sih karena narik, mbak,” cerita si bapak.
Wanita ini juga berasal dari keluarga berduit.  Ia kuliah dibidang sekretaris. Teman-temannya juga sama seperti dia, memiliki paras cantik dan otak cemerlang. Itulah mengapa pak sopir bingung, kenapa wanita itu lebih memilih dia dibandingkan laki-laki lain. Walaupun dari tadi saya Cuma senyum-senyum saja, tapi ceritanya cukup membuat saya penasaran.
“Dia bilang sih karena saya beda dengan laki-laki lain. Katanya saya baik dan tulus. Makanya saya makin jatuh cinta sama cewek itu. Padahal saya cuma tamatan SMA,” ungkap pak supir.
Hmm  kalau dipikir-pikir, zaman sekarang sudah jarang ada cinta diantara kelas ekonomi berbeda. Kalau memang cerita si bapak benar adanya, wanita tersebut memang cukup istimewa. Saya pun segera berpikir, apakah sang wanita yang diceritakan kini menjadi istrinya? Buru-buru pak sopir melanjutkan ceritanya sembari mengendarai angkot.
“Yah sayangnya kita putus. Saya malah nikah sama orang betawi sekarang. Kebetuan betawinya yang norak (tidak bermaksud mengeneralisasi). Emang udah nasib-nasib, ”
Tak sempat mendengarkan ceritanya hingga akhir karena saya sudah sampai dilokasi yang dituju. Sambil senyum dan bilang ‘terima kasih’ saya berlalu dari kursi depan angkot tersebut.
Cerita singkat dan sederhana tentang ketulusan cinta dan jodoh yang tak dapat diduga. Kesempurnaan yang kita inginkan kadang kala tak tergapai. Setiap orang memiliki kisah unik yang mungkin tak kan terlupa. Masa indah dan kejayaan yang harus sirna. Dan sebuah kenyataan yang harus dijalankan. Semua akan indah pada waktunya.

Posting Komentar

HOME | ABOUT

Copyright © 2011 iridescent of rhomi's life | Powered by BLOGGER | Template by 54BLOGGER