Share/Bookmark

WAKTU PETANG YANG TELAH HILANG

No comment yet
Matahari sore berlalu siap berganti dengan bulan dan bintang yang bertaburan di angkasa. Dari cahaya menjadi gulita.
Sempat aku mendapati suana alam dan dunia yang begitu menggertirkan asa dalam batin ini. Begitu memberikan relaksasi dari udara malam yang segera menghampiri. Kala sore aku lewati disebuah tempat dimana aku duduk sambil melepaskan padangan mata disalah satu sudut gedung. Pandangan itu seolah semakin meluas –walaupun hanyalah sudut sebuah bangunan-. Terlihat pula pemandangan alam yang menurutku indah saat itu. Pepohonan tampak begitu elok digoyangkan angin yang berlalu lalang. Gemericik daunnya bersuara menjadi penyemangatku kala itu.
Sudah hampir jam enam sore. Tubuh ini masih enggan beranjak dari tempat itu. Perasaan sudah benar-benar dikunci oleh sinar petang yang masih mengintip disela-sela pohon dan bangunan. Hijau berbaur jingga. Masuk menginspirasi jiwa . . .
Sambil memasangkan headset ditelinga dan memutarkan radio melalui handphone, aku terdiam. Lagu-lagu islami yang terdengar dari salah satu gelombang radio menambah harunya sore itu. Entah .. apa yang membuatku selalu terpikirkan mereka setiap mendapati nuansa seperti ini.
Pandangan mata tak luput dari cuaca sore yang mungkin tak akan kudapati lagi. Satu persatu wajah papa dan mama juga mengisi pikiranku. Gemalun lagu dan ayat Al-Quran memainkan kembali meori lamaku bersama mereka. Senyum kecil terbingkai diwajahku. Sambil tertunduk, tetesan air mata membasahi setidaknya kelopak mataku.
Gelisah hati ini bertanya-tanya, nanti ketika sang jingga telah berlalu dan berganti gulita malam, apakah aku masih dapat melihat jingga pagi esok ?? malu rasanya kalau isakan tangisku ini terdengar oleh orang yang berada didekatku. Ditambah lagi, lagu yang kebetulan diputarkan oleh announcer radio itu bertemakan hidup dan mati.
Ketika anda ada diposisiku saat ini. Merasa jauh dari orang tua, merasa rindu mereka, dan ingin segera memeluk dan mengucapkan kata maaf untuk kesalahan yang kesekian kalinya. Apakah layak ?
Merangkai kembali masa kecil saat ditimang dan dimanja mama. Mengulang ingatanku saat papa memberi nasihat menjadi anak yang mulia. Mencari sepotong kisah saat tawa diwajah mereka merekah membanggakanku.
“oh ibuku...engkaulah wanita yang kucinta selama hidupku”
“untuk ayah tercinta aku ingin bernyanyi walau airmata dipipiku”

Cahayapun telah tiada. Bintang siap membuat harapan, dan bulan menemani. Telah puas aku meluapkan kegitiran jiwa sambil mensyukuri limpahan nikmat Nya yang begitu agung. Kini saatnya langkah kaki membawaku menuju singgasana.
Biar nanti kucoba hubungi tuk tanyakan kabar baik lagi dari mereka. Nanti kesuksesanku akan membawa mereka kesini. Bertumu setia hari sampai akhir nati.




.................................................................

Melihat pesona indahnya keagungan Yang Maha Kuasa dari sisi berbeda. Menggotong rasa syukur dalam kalbu sambil menapaki perjalanan hidupku karena mereka yang tercinta –mama dan papa-

Posting Komentar

HOME | ABOUT

Copyright © 2011 iridescent of rhomi's life | Powered by BLOGGER | Template by 54BLOGGER