Share

Archive for November 2011

HUJAN dan TEDUH
Kala hujan dan teduh.
Tak pernah bersatu, walaupun datang diwaktu yang sama.
Hujannya belum juga reda setelah hampir beberapa jam saya menunggu di salah satu halte di kampus. Satu per satu pengguna motor memarkirkan kendaraannya dan memilih untuk bergabung besama kami yang sudah sejak tadi berlindung di tempat ini. Pengguna mobil terus saja melaju, tak menghiraukan pejalan kaki lain yang terjiprat air dari jalan. Ada juga beberapa orang nekat berlarian menembus hujan sore itu.
Sampai hujan berhenti dengan sempurna, saya memutuskan untuk tetap berteduh disini. Walaupun orang-orang mulai pergi melanjutkan perjalanannya.
Sayapun sesekali menengok ke langit, melihat hujan yang belum kunjung reda (dengan sempurna). Saya kembali berteduh. Payung yang sejak tadi saya keluarkan dari tas, belum sempat dibuka. Bagi saya, yah payung sekedar payung yang tak sepenuhnya menyelesaikan masalah. Yang tak sepenuhnya melindungi.
Saya masih berteduh karena hujan.
Saya mungkin bisa seperti mereka yang berjalan dibawah hujan dengan payungnya. Tapi tak sebahagia mereka yang bisa sambil bercengkrama. Saya sendiri di tempat ini. Harus berjalan sendiri menembus hujan. Saya pun hanya bisa mendengar kebisingan hujan yang jatuh membasahi payung yang melindungi sebagian tubuh saya.
Suaranya selalu berhasil membuat memori saya berputar jauh ke masa lalu. Membuat pikiran saya berkreasi merangkai kalimat-kalimat sendu. Menyisakan senyum bahkan sedih disela-sela hujan. Semua terjadi karena kesendirian saya ketika  berteduh.
Sisa hujannya pun tak bersahabat. Jalanan becek, sandal/sepatu basah. Tidak ada yang bisa dilakukan lagi selain kembali kerumah dan membenahi seragam saya.
Saya selalu rindu teduh dikala hujan. Tapi teduh hanya akan hadir ketika hujan. Tapi teduh tak pernah sejalan dengan hujan.
hujan dan teduh Full View

Kalau banyak tempat bermain anak-anak yang saya kunjungi selama ini hanya menyajikan area bermain dan bersenang-bersenang, kali ini saya ingin bercerita seputar tempat rekreasi anak sambil belajar banyak hal. Mungkin ilmunya tidak akan diperoleh dibangku sekolah loh..
Let’s check it out :D
Sayapun merasa kembali jadi bocah lagi. Nemenin sekaligus membimbing salah seorang sepupu saya yang baru berusia 6 tahun pergi ke KIDAZANIA Indonesia. Tempat ini memang sudah punya nama dibanyak Negara, salah satunya Indonesia. Hari itu, Sabtu (29/10) sekitar pukul 09.30 WIB saya dan Nabila sampai di lobby salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Sudirman. Bersama kami berdua, ada beberapa anak kecil yang pergi bersama rombongan, dan ada juga yang didampingi orang tua sedang mengantri didepan lift. Tujuan kami ternyata sama, lantai 6, Kidzania.
Saya sendiri baru pertama kali datang ke tempat ini. Walaupun lobby dan sekitar pusat belanja serta tempat makan masih tutup, tapi airport Kidzania sudah ramai antrian. Sebelum masuk ke miniature kota ini, kami diperkenankan untuk membeli tiket seharga Rp 115.000 untuk anak-anak dan Rp 75.000 untuk pendamping. Tiket ini disebut sebagai tiket pesawar menuju Kota KIdzania. Sebelum masuk, saya sempat bertanya-tanya kepada pemandu yang berada di depan pintu. Setiap anak akan diberikan sebuah cek yang dapat ditukarkan dengan uang senilai $50 (uang hanya berlaku di Kidzania). Selain dibekali uang $50, sang anak juga bisa mendapatkan uang lebih banyak dengan bekerja di berbagai gerai. Hmm penasaran kan. Yuuukkk masuk kek KOTA KIDZANIA.

Pertama kali yang terlihat dimata saya adalah sebuah mobil mini menyerupai taxi yang dikemudikan oleh seorang supir lengkap dengan pakaian ala tukang taxi sebenarnya. Lalu ada banyak toko-toko mini disana. Saya pun mulai mencermati konsep permainan yang ditawarkan di kota ini. Ada banyak gerai, seperti gerai pepsodent, Hospital Pocari Sweet, Madurasa Gymnasium, SPBU Pertamina dan sebagainya. Sebagian besar anak-anak disana sudah mulai bermain. Saya dan Nabila masih berkeliling-keliling untuk mengetahui semua gerai yang ada.
Setiap anak diperkenankan untuk masuk ke masing-masing gerai. Masing-masing gerai  memiliki spesialisasi profesi yang bisa diperankan oleh anak-anak. Misalnya ada gerai yang menyerupai kantor polisi. Disini, anak-anak akan belajar memerankan tokoh polisi yang dibimbing oleh kakak pemandunya. Tugas mereka adalah menangkap penjahat. Nah… sang penjahat juga beneran ada loh. Jadi anak-anak tidak hanya diberikan teori semata. Mereka juga benar-benar berburu kakak penjahat. Kalau misinya sudah terlaksana, maka sang anak akan mendapatkan gajih. Makanya, uang yang berikan bisa bertambah banyak asalka mereka rajin bekerja.
Saya pun membimbing Nabila untuk memilih satu satu gerai yang ia sukai. Pilihannya beraneka ragam. Saya saja sampai bingung hehehe. Mengingat Nabila sangat suka masak, akhirnya saya membimbingnya menuju gerai Bogasari, tempat kita bisa belajar memasak roti. Setiap pejaran berlangsung selama ± 20 menit, dangan kuota 10 anak. Alhasil, Nabila harus menunggu beberapa menit sebelum diperkenankan masuk ke kelas. Sambil menunggu Nabila yang sedangg asyik membuat roti, saya melihat anak-anak lain. Ada yang berperan sebagai pemadam kebakaran. Mereka diberikan panduan di ruangan khusus, lalu mereka benar-benar beraksi untuk memadamkan sebuah bangunan yang (pura-puranya) terbakar. Dilengkapi dengan mobil pemadam kebakaran, jas, dan helmnya beberapa anak beraksi menyemprotkan air ke arah bangunan tersebut. Adapula barisan drumband yang berkeliling-keliling kota. Semua gerai di kota ini dipersembahkan oleh satu merek produk.
Usai menghias kuenya, Nabila diberikan uang gajih dan sertifikat baker. Lalu saya mengajak Nabil ke gerai Silver Queen, tempat pembuatan coklat yang berada di lantai 2. Disebelahnya juga ada gerai pembuatan teh yang disponsori oleh Teh Botol Sosro. Mau tau ada gerai apalagi. Ini niiihhhhh : Beauty salon, Metro TV, Surat Kabar Media Indonesia, Kumon, Radio Kidzania, Teater, Dokter Gigi Pepsoden, Indomart, SPBU Pertamina, Kantor Polisi, Kantor Kejasaan, Rumah Sakit, dan masih banyak lainnya.

Kehidupan kota ini disesuaikan dengan kondisi kehidupan sebenarnya. Bagi pengendara mobil juga diperkenankan untuk membuat SIM terlebih dahulu. Semua permainan hanya bisa diikuti oleeh anak-anak. Orang tua hanya mendampingi sang anak. Saya pun tidak tau persis apa saja yang disampaikan oleh kakak pemandu di dalam gerai karena dibatasi oleh kaca.
Wowww anak-anak diajarkan jadi mandiri dan mengenal berbagai profesi disini. Tempat ini juga bisa menjadi ajang untuk mengukur minat sang anak. Jadi orang tua bisa membimbing mereka kea rah passion masing-masing.
Waktu bermain dikota ini tidak panjang, mulai dari pukul 09.00 – 14.00 WIB, selanjutnya 15.00 - 20.00 WIB.  Mau tak mau, kita haru datang tepat waktu agar waktu tidak terbuang sia-sia. Sebisa mungkin kita juga harus pandai membagi waktu agar tidak habis karena menunggu antrian dimasing-masing gerai saja.
High Recommended buat anak-anak yang aktif bermain. Saya merasa kembali menjadi anak-anak disini :$
STAY YOUNG, Learning and Playing Full View

Setiap malam ia tuliskan semua yang dilihatnya…

Ia menyampaikan persepsinya lewat sebuah surat. Walaupun tak pasti, ia terus menulis segala hal yang diketahuinya tentang benda-benda yang dia temukan. Sampai-sampai ia pernah mengejar seekor hewan yang belum pernah ia lihat sebelumnya hingga masuk ke hutan. Ia tak tau pasti apakah hewan itu sama dengan apa yang ia lihat didalam buku ajaibnya.
Lembar demi lembar ia kumpulkan. Tak ada satu anggota keluarganya yang tau. Ia simpan rapih semua kertas di bawah lipatan bajunya yang kusam. Adik-adiknya juga tak pernah menghiraukan kertas-kertas yang bertumpuk disana. Tapi ia selalu menjaga rapi tumpukan surat itu, sebelum ia temukan waktu yang tepat untuk mengeluarkannya kembali.
Ibu dan Ayah Agit sudah hampir lima belas tahun menikah. Ia juga hidup bersama kedua adik kembarnya. Walaupun harus berjalan jauh untuk berkerja, ia tak pernah mengeluh. Banyak hal baru yang ia temukan didarat dan laut tempat ia menumpuk nafkah. Itulah salah satu alasan mengapa ia tetap ceria biarpun matahari menyengatnya.
Suatu sore ketika Ayahnya telah terlebih dahulu pulang kerumahh, Agit masih bermain dengan kupu-kupu yang ia temukan di pinggir sungai. Dengan seksama ia memperhatikan kupu-kupu tersebut. warnanya, lembutnya dan sayapnya.
Matanya masih mengikuti arah si kupu-kupu terbang bebas di angkasa, sampai ia kaget dengan benda yang bergerak diatas awan. “jatuh?,” tanyanya dalam hati. Ia masih kaku ditempatnya bediri. Benda tersebut kecil, terus saja melaju sampai tak terlihat….

Bersambung
ANDAI AKU BISA TERBANG .Part 2 Full View

Lagi-lagi cerita cinta tak pernah ada habisnya. Bahkan pada siapa dia bercerita, kadang kala tak menjadi masalah. Dalam kondisi ngantuk, pak supir angkot masih dengan tenang mengendarai mobilnya. Walau jalanan di hadapannya padat merayap, pak supir tak enggan berbalik arah. Ia terus berjalan demi setoran hari itu.
Saya yang kebetulan memilih duduk dibangku depan angkot membuka suasana yang krik krik sejak tadi saya naik. Pasalnya, tak ada penumpang lain di dalam angkot ini, selain saya dan pak supir. Jalanan yang macet pun membuat pak sopir tidak dapat berteriak-teriak memanggil penumpang.
“Macet ya, pak,”
“Iya, kasian yang ke Depok, pasti disana makin macet. Kalau kita kan enggak,” jawab pak supir.
Perbincangan ini masih berlanjut sebelum akhirnya pak supir berkata,
“Saya cerita aja ya neng, biar ga ngantuk nih,
Hmm..,” dalam hati. “Iya pak,” jawab saya sambil tersenyum.
Pak supir yang tak saya kenal namanya bercerita tentang kisah asmara yang pernah dirajutnya dengan seorang gadis bak model. Saya, dengan sedikit perasaan was-was percakapan ini akan menjurus ke cerita atau modus aneh, hanya menanggapi dengan senyum berat. Rona keceriaan mulai tampak di wajah pak supir ketika ia mulai bercerita tentang wanita yang dicintainya semasa kuliah. Wanita itu adalah mahasiswa disalah satu universitas di daerah Bandung. Kekagumannya pada wanita itu  berawal dari rasa tidak percaya pak supir dengan hubungan yang sedang dijalin. *suit suit*
Dalam ceritanya, pak supir mengatakan kalau ia dan pacarnya sangat berbeda. Dari segi fisik, wanita tersebut memiliki tinggi sekitar 170 cm. Sedangkan dai segi pengamatan saya, si bapak yang usianya sekitar 30 tahun ini hanya memiliki tinggi sekitar 160 cm.
“Temen-temen saya selalu ngejekin kalau saya lagi jalan berdua sama cewek itu, mbak. Kulit dia juga putih. Dulu kulit saya juga bersih. Tidak seperti sekarang. Ini sih karena narik, mbak,” cerita si bapak.
Wanita ini juga berasal dari keluarga berduit.  Ia kuliah dibidang sekretaris. Teman-temannya juga sama seperti dia, memiliki paras cantik dan otak cemerlang. Itulah mengapa pak sopir bingung, kenapa wanita itu lebih memilih dia dibandingkan laki-laki lain. Walaupun dari tadi saya Cuma senyum-senyum saja, tapi ceritanya cukup membuat saya penasaran.
“Dia bilang sih karena saya beda dengan laki-laki lain. Katanya saya baik dan tulus. Makanya saya makin jatuh cinta sama cewek itu. Padahal saya cuma tamatan SMA,” ungkap pak supir.
Hmm  kalau dipikir-pikir, zaman sekarang sudah jarang ada cinta diantara kelas ekonomi berbeda. Kalau memang cerita si bapak benar adanya, wanita tersebut memang cukup istimewa. Saya pun segera berpikir, apakah sang wanita yang diceritakan kini menjadi istrinya? Buru-buru pak sopir melanjutkan ceritanya sembari mengendarai angkot.
“Yah sayangnya kita putus. Saya malah nikah sama orang betawi sekarang. Kebetuan betawinya yang norak (tidak bermaksud mengeneralisasi). Emang udah nasib-nasib, ”
Tak sempat mendengarkan ceritanya hingga akhir karena saya sudah sampai dilokasi yang dituju. Sambil senyum dan bilang ‘terima kasih’ saya berlalu dari kursi depan angkot tersebut.
Cerita singkat dan sederhana tentang ketulusan cinta dan jodoh yang tak dapat diduga. Kesempurnaan yang kita inginkan kadang kala tak tergapai. Setiap orang memiliki kisah unik yang mungkin tak kan terlupa. Masa indah dan kejayaan yang harus sirna. Dan sebuah kenyataan yang harus dijalankan. Semua akan indah pada waktunya.
Kekasih Pak Sopir Full View

HOME | ABOUT

Copyright © 2011 iridescent of rhomi's life | Powered by BLOGGER | Template by 54BLOGGER