Share/Bookmark

hujan dan teduh

No comment yet
HUJAN dan TEDUH
Kala hujan dan teduh.
Tak pernah bersatu, walaupun datang diwaktu yang sama.
Hujannya belum juga reda setelah hampir beberapa jam saya menunggu di salah satu halte di kampus. Satu per satu pengguna motor memarkirkan kendaraannya dan memilih untuk bergabung besama kami yang sudah sejak tadi berlindung di tempat ini. Pengguna mobil terus saja melaju, tak menghiraukan pejalan kaki lain yang terjiprat air dari jalan. Ada juga beberapa orang nekat berlarian menembus hujan sore itu.
Sampai hujan berhenti dengan sempurna, saya memutuskan untuk tetap berteduh disini. Walaupun orang-orang mulai pergi melanjutkan perjalanannya.
Sayapun sesekali menengok ke langit, melihat hujan yang belum kunjung reda (dengan sempurna). Saya kembali berteduh. Payung yang sejak tadi saya keluarkan dari tas, belum sempat dibuka. Bagi saya, yah payung sekedar payung yang tak sepenuhnya menyelesaikan masalah. Yang tak sepenuhnya melindungi.
Saya masih berteduh karena hujan.
Saya mungkin bisa seperti mereka yang berjalan dibawah hujan dengan payungnya. Tapi tak sebahagia mereka yang bisa sambil bercengkrama. Saya sendiri di tempat ini. Harus berjalan sendiri menembus hujan. Saya pun hanya bisa mendengar kebisingan hujan yang jatuh membasahi payung yang melindungi sebagian tubuh saya.
Suaranya selalu berhasil membuat memori saya berputar jauh ke masa lalu. Membuat pikiran saya berkreasi merangkai kalimat-kalimat sendu. Menyisakan senyum bahkan sedih disela-sela hujan. Semua terjadi karena kesendirian saya ketika  berteduh.
Sisa hujannya pun tak bersahabat. Jalanan becek, sandal/sepatu basah. Tidak ada yang bisa dilakukan lagi selain kembali kerumah dan membenahi seragam saya.
Saya selalu rindu teduh dikala hujan. Tapi teduh hanya akan hadir ketika hujan. Tapi teduh tak pernah sejalan dengan hujan.

Posting Komentar

HOME | ABOUT

Copyright © 2011 iridescent of rhomi's life | Powered by BLOGGER | Template by 54BLOGGER