Share/Bookmark

what's happening on st?

No comment yet
Khas memang kali pertama sekali singgah ke tempat ini. Tak banyak yang merasa tempat ini biasa, kecuali mereka yang setiap pagi dan sore terpaksa harus bersempit-sempitan di kereta saat pergi dan pulang kerja. 
Ketika rangkaian kereta itu datang, suara bel berbunyi. Petugas mulai menggombar-gambirkan kereta apa yang segera melintas di stasiun. Dari kursi tunggu, pemu,pang mulai bergegas berdiri di sepanjang pinggir rel kereta. Di loket karcis, orangt-orang mulai berebutan. Tak jarang terlihat penumpang yang terpaksa berlari menuju loket agat tak ketinggalan kereta. Petugas kasrcis menanti di pintu masuk dan siap melobangi karcis. 
Sssttttt, dengan suaranya yang khas, kereta datang dan berhenti di stasiun. penumpang yang akan naik menatap dengan tajam gerbong mana yang mungkin bisa dinaiki. Wanita-wanita itu menunggu di gerbong paling depan atau paling belakang. Sisanya bergabung dengan para pria di gerbong tengah. Jangan pernah ragu memilih pintu mana yang akan dinaiki. Tetaplah pada posisi Anda berdiri, dan jangan berlari mengejar pintu kereta yang masih berjalan, sedangkan masih ada pintu lain di belakangnya.
Tak ada. Tidak ada gerbong yang lengah. Semuanya sudah padat terisi. Bahkan sampai ke atap gerbong juga dinaiki oleh penumpang yang tidak bertanggung jawab. Kereta berhenti, orang-orang diatas gerbong pun berteriak sesuka hatinya. Mungkin tak afdol bagi mereka untuk diam tanpa mengusik privasi orang lain. Untung saja mereka sedang tidak melempari penumpang lain yang ada di bawah dengan batu atau sisa putung rokok.
Dari dalam gerbong, penumpang pasrah tubuhnya didorong, ditekan oleh penumpang lain. Pintu yang harusnya tertutup, jadi tak bisa dirapatkan. Banyak penumpang bergelantungan di pintu. 
Tak pandang siapa dan bagamanapun caranya, yang penting semua penumpang bisa diangkut. Mungkin ini prinsip Dinas Perhubungan kita. Mungkin kalau presiden kita terpaksa harus naik kereta, semua penumpang diatas tidak ada lagi dan tak perlu berdesak-desakan di dalam gerbong. Wajar kan,karena semua terpaksa di sterilkan sejak awal, bukan karena penumpang sudah sadar aturan. 
Melintasi satu per satu stasiun di kawasan Jabodetabek. Penumpang di dalam kereta berdesak-desakan, bergerak mengikuti guncangan kereta. Tak perlu berpegangan, mereka sudah seimbang kiri, kanan, depan dan belakang karena ditopang oleh tubuh orang lain yang menempel satu sama lain. Anda juga mungkin bisa tidur sambil berdiri. 
Sebelum tiba di stasiun yang dituju, pastikan Anda sudah berada didekat pintu keluar, daripada kelewatan gara-gara sulit menembus orang-orang yag menumpuk di dalam gerbong. Bukan usaha yang mudah untuk berjalan walau hanya sejauh 1 meter di dalam gerbong kereta kita ini. 
Dorong dan lompat. Tak peduli penumpang lain yang ada dihadapan kita akan turun atatu tidak. Mungkin dorongan dari belakang tubuh Anda akan lebih kuat dari pada dorongan Anda sendiri. 
Kereta itu berlalu. Aku hanya berjalan sambil menunduk sembari kereta dan orang-orang di atas gerbong melintas di sebelahku.
Hari ini pun berlalu.

Posting Komentar

HOME | ABOUT

Copyright © 2011 iridescent of rhomi's life | Powered by BLOGGER | Template by 54BLOGGER